Menurut Wikipedia, kreatifitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan dan konsep, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan atau secara epistemologis, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreatifitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru atau menciptakan inovasi.
Orang yang punya kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan penuh imajinasi adalah orang-orang yang menyenangkan dan bisa menjadi aset yang paling berharga bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam suatu perusahaan, orang-orang kreatif sangat diperlukan dan sangat diandalkan oleh perusahaan dimana mereka bekerja. Orang-orang kreatif ini bisa saja datang dengan segenap ide luar biasa. Kreatifitas merupakan suatu elemen yang sangat diperlukan dalam perusahaan.
Kreatifitas seharusnya menjadi DNA dalam perusahaan, begitu kata Barney Waters, VP Marketing PUMA North America. Semua orang yang bekerja di perusahaan tersebut mempercayai apa yang dinamakan kreatifitas. Begitu juga saat krisis melanda. Orang-orang kreatif memiliki tingkat keberanian di atas rata-rata. Bagaimana tidak dapat dikatakan berani bila mereka sering membuat keputusan beresiko? Orang-orang seperti ini begitu percaya diri untuk keluar dari wilayah nyaman yang ditempatinya. Bagi mereka, tantangan itu adalah suatu peluang. Di saat banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan, mereka justru menyatakan keluar dari tempat mereka bekerja dan pindah ke sebuah perusahaan yang kondisinya jauh di bawah kondisi perusahaan tempat mereka bekerja sebelumnya. Ada lagi yang malah mencari dan membuka peluang bagi mereka sendiri. Orang-orang kreatif itu sangat intuitif tetapi penuh perhitungan. Ide-ide orang kreatif pada awalnya dianggap sebuah ketidakwajaran. Pernahkah Anda mendengar kisah seorang pengusaha teh botol yang pada awalnya banyak ditertawakan oleh para koleganya. Tetapi, sekarang ini Anda bisa melihat bagaimana perkembangan bisnis tersebut. Hampir di setiap gerobak makanan dan minuman dan warung di pinggir jalan menjajakan the botol, belum lagi di terminal, di café, resto dan lain sebagainya.
Orang-orang kreatif selalu hadir untuk menciptakan terobosan inovatif. Mereka bisa mewujudkan apa yang orang lain pikirkan tidak mungkin menjadi mungkin. Melatih Kreatifitas Berpikir dan bertindak kreatif itu sangat perlu kita latih. Caranya?
• Berpikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin Kunci awalnya adalah bersikap optimis.
Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Buang semua pikiran bernada pesimis. Misalnya, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”. Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak dan bergerak agar tekad dan keinginan yang kita punya dapat diwujudkan.
• Menghilangkan Cara Berpikir Konservatif
Biasanya, orang yang berpikir konservatif enggan menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Mereka mempertahankan status quo. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, orang-orang seperti ini takut akan mengalami kerugian. Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif. Tiga Cara Mengurangi atau Menghilangkan Pola Pikir Konservatif. Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan apriori dan cemas menghadapi ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif. Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ketiga, harus bersikap asertif dan proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreatifitas berpikir. Bagaimana? Berani terima “tantangan” ini? (nfr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar