Sabtu, 14 Mei 2011

Filipina Resah Dengan Maraknya Alay Generasi Muda

alay
Indonesia hingga sekarang masih dihebohkan dengan bahasa remaja sekarang yang disebut alay. Bahasa yang kerap disingkat-singkat dan aneh itu ternyata mewabah juga di Filipina.Jika di Indonesia bahasa itu disebut alay ,maka di Filipina bahasa itu diberi nama jejemon.
Anda penasaran seperti apa sih jejemon itu? Tidak jauh berbeda dengan bahasa alay, remaja di Filipina menggunakan bahasa jejemon untuk berkomunikasi lewat jejaring sosial dan pesan pendek. Sebutan jejemon sendiri diambil dari kata Jeje dan Pokemon.
Remaja di Filipina menggunakan kata Jeje sebagai tanda tertawa bahagia jika menulis SMS atau di jejaring sosial. Sedangkan akhiran mon merupakan suku kata terakhir dari Pokemon, monster imut yang pernah tayang di salah satu stasiun televisi kita Hampir sama dengan bahasa alay, jejemon kerap mengganti huruf yang seharusnya dipakai dengan angka.Contohnya huruf A dengan angka 4.
Mirip dengan bahasa alay kan? Contoh lainnya adalah penulisan kata “hello”.Remaja jejemon biasanya akan menulis dengan kata yang jauh dari mirip. Mereka terkadang menulis “”HeLouWH” atau “Eowwwh”.Sementara untuk menuliskan kalimat kecewa seperti“ oh,please” berubah menjadi “eoowHh.. puhLeaZZ.” Bingung? Jangan salah ada yang lebih aneh lagi dan bisa bikin Anda pusing kepala seperti ini “lAbqCkyOuHh”(I love you), “iMiszqcKyuH” (I miss you), dan kata tertawa seperti “jAjaja”or “jeJejE.”
Jejemon sendiri tidak memiliki aturan yang baku.Setiap pengguna jejemon diperbolehkan untuk memodifikasi semenarik mungkin dalam mengubah kata-kata yang sudah baku. Menariknya, meski tidak ada aturan yang jelas,semua pengguna jejemon selalu mengerti kata-kata yang mereka buat itu. Nah, jika di Indonesia masalah alay tidak jadi isu penting, di Filipina justru jejemon menjadi isu nasional.
Menteri Pendidikan Filipina Mona Valisno mengatakan, jejemon perlu dilawan karena dapat memandulkan kemampuan remaja Filipina dalam berbahasa Inggris yang baik dan benar.Menurut Mona Valisno, di era globalisasi seperti ini dapat berbahasa Inggris dengan baik adalah investasi yang baik untuk masa depan.
“Menggunakan bahasa Inggris dengan salah itu sangat tidak baik. Yang saya pedulikan adalah mereka mengerti bagaimana berbahasa Inggris yang baik. Ini buat kebaikan mereka sendiri,” ujar Mona Valisno. Launder Pojas,siswa salah satu sekolah menengah atas di Manila, mengaku heran dengan sikap pemerintah Filipina yang geram akan populernya jejemon.
Menurut dia, jejemon berkembang luas karena memang para remaja di Filipina tidak ingin apa yang mereka bicarakan diketahui orang lain. “Saya tidak mengerti kenapa jejemon jadi masalah besar. Bagi remaja seusia saya, jejemon itu sangat unik dan orisinal.
Sangat mudah dibuat dan akan sulit dibaca, terutama oleh orang tua saya,” kata Launder yang masih berusia 17 tahun itu. Gary Mariano,dosen dari De La Salle University,Manila, mengatakan jejemonmuncul karena adaptasi manusia akan teknologi digital. “Saya sendiri meminta siswa saya berbahasa Inggris yang baik jika di kampus.
Tapi ketika mengirimkan emaildan SMS,saya sangat toleran jika mereka menggunakan jejemon,”ujarnya. Meski ditentang oleh pemerintah, remaja jejemon makin percaya diri sebab dukungan yang mereka terima justru datang dari Gereja Katolik di Filipina.
Joey Baylon, yang mengepalai Catholic Bishop’s Conference of the Philippines,mendukung remaja jejemon. Menurutnya, jejemon adalah bentuk kemerdekaan berekspresi. “Bahasa itu hanya bentuk ekspresi dan pengalaman. Yang paling penting adalah nilai-nilai yang ada di belakang bahasa itu,” ujar Joey Baylon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar