Jumat, 15 April 2011

Risiko Menikah Tanpa Dilandasi Cinta

Risiko Menikah Tanpa Dilandasi Cinta

Mencari arti cinta yang paling sesuai
 dengan Anda memang membutuhkan 
waktu. Belum sempat menemukan, 
usia dan lingkungan semakin mendesak 
untuk memikirkan sebuah pernikahan. 
Ya, pernikahan! Momen untuk memutuskan 
dengan siapa Anda akan menyatukan tujuan
 hidup dan menghabiskan sepanjang hidup bersama.

http://brokenheartkpp.blog.friendster.com/files/heart1.jpg
Dari momen ini, setiap orang memiliki
 pemikiran yang berbeda. Ada yang berpendapat 
untuk mencari dia yang paling sesuai untuk tujuan
 hidup, baik itu prestise,
 kebaikan hati, kekayaan atau status.
 Walaupun tanpa cinta. Bagi mereka, 
cinta akan tumbuh dengan sendirinya dari
 kehidupan yang menyenangkan. 
Ada lagi yang berpikiran apa pun itu 
keadaannya, dengan cinta pasti semua 
akan bisa dilalui dengan baik.
Kita tidak bisa menilai benar dan salah 
dari dua pendapat ini, semuanya tergantung
 kesesuaian dengan pandangan hidup
 dan pribadi setiap orang yang menjalaninya. 
Kalau begitu, bagaimana dengan pendapat 
baku ‘menikahlah dengan orang yang
kau cintai’? Mengapa pendapat itu masih 
dipertahankan banyak orang dalam nasehat
 perkawinan? Karena risiko menjalani 
kehidupan pernikahan tanpa cinta cukup 
menakutkan, Ladies! Seperti yang berikut ini.

Cinta Sejati Datang
Setiap orang dianugerahi rasa cinta yang bisa

 datang kapan saja dan kepada siapa saja. 
Sayangnya, dia tidak peduli Anda sudah
 menikah atau tidak. Banyak wanita mengakui 
mereka menemukan seseorang yang begitu
 lekat di hati dan merasa itulah cinta sejati 
mereka, justru setelah menikah. Dan rasa ini
 bisa mengalahkan cinta yang mereka bangun
 dengan pasangan yang memberikan kehidupan 
yang membanggakan. Jika sudah begini,
 maka pilihannya adalah mengubur cinta 
dalam-dalam atau memperjuangkan cinta
 dengan mengorbankan apa pun itu.
Anak merasa tidak tenang
Mungkin hal ini jarang disadari oleh para 

orang tua. Seorang anak merasa tenang
 jika melihat kedua orang tuanya saling 
mencintai dan bisa mengarahkan pikiran dan energi 
mereka untuk banyak hal positif dalam hidupnya.
 Sedangkan anak dengan pasangan yang dingin 
akan cenderung menjadi anak yang dingin juga 
dan selalu merasa cemas kalau-kalau dia akan
 ditinggalkan ayah atau ibunya. Walaupun itu
 mengobrol, menonton televisi bersama, 
seorang anak bisa merasakan orang tuanya 
saling mencintai atau tidak.
Kehidupan yang hambar
Tanpa cinta, kehidupan akan berjalan 

seperti rutinitas biasa. Melayani suami,
 menyiapkan makanannya, membelikan 
kebutuhannya, bahkan saat bercinta
 tidak akan ada bedanya dengan suatu 
pekerjaan jika Anda tidak merasakan cinta
 di dalamnya. Sepanjang hidup seperti itu, 
siapa yang mau? Tidak masalah jika akhirnya
 Anda dan pasangan bisa saling jatuh cinta 
dari rutinitas sehari-hari itu, namun jika tidak,
 kehidupan rumah tangga akan menjadi siksaan saja.
Rentan pertengkaran
Dua sosok yang berbeda mau memahami

 sesamanya hanya karena dilandasi cinta. 
Tanpa itu, segala persoalan bisa menjadi 
pemicu masalah. Anda tidak terpikir untuk 
memahami semangat suami dalam bekerja
 untuk keluarga ketika dia harus sering ke luar kota.
 Suami pun tidak akan terpikir bahwa sarapan yang
 Anda siapkan tiap pagi dan kesetiaan Anda membukakan
 pintu saat dia pulang adalah sebuah bentuk kasih
 sayang. Walaupun akhirnya rumah tangga Anda
 tetap bersatu, namun tidak menjadi tempat yang nyaman 
untuk hidup.
Tidak bahagia
Sudah pasti risiko ini yang paling mendasar. Anda 

tentu paham bahwa kebahagiaan karena cinta dan
 kebahagiaan karena materi itu berbeda rasanya.
 Setiap orang pada dasarnya membutuhkan rasa bahagia, 
dan hal inilah yang menyebabkan walaupun sudah 
memiliki segalanya seseorang akan tetap mencari
 seseorang yang bisa membuatnya dimabuk cinta.
Baik Anda maupun suami akan selalu curiga
 kalau-kalau ada seseorang di luar sana yang akan 
membuat Anda berstatus janda atau suami menjadi
 berstatus duda. Tentu bukan kehidupan yang membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar